Salah seorang psikolog terkenal di dunia, Philip George Zimbardo (W.2024) membuat eksperimen yang lumayan aneh. Ia meletakkan mobil bagus di pinggir jalan di Bronx Area, New York. Kap mobil dibuka untuk memberi kesan mobil itu rusak. Tak ada seorang pun berada di situ. Mobil dengan keadaan yang sama diparkir di daerah pedesaan Palo Alto, California. Dari jauh, peneliti mengamati apa yang terjadi pada keduanya. Pada malam pertama, sekelompok anak muda mempreteli bagian-bagian mobil di Bronx Area. Ketika matahari terbit, mobil itu sudah tampak seperti mobil korban kecelakaan. Beberapa orang yang lewat melihat mobil itu dan merusak kaca, pintu, jendela, atau apa saja yang tersisa. Sebelum tiga hari, mobil di Bronx Area sudah jadi barang rongsokan. Mobil yang disimpan di kampung punya nasib yang mujur. Selama beberapa hari, tak ada seorang pun yang menyentuhnya. Kecuali ketika turun hujan, seorang penduduk yang dekat ke lokasi berlali menutupkan kap mobil untuk melindungi mesinnya.
Dari hasil eksperimen tersebut, pelopor di bidang psikologi sosial itu pun membuat beberapa kesimpulan. Pertama, orang kota lebih agresif, lebih galak, dan lebih jahat dari orang desa. Kedua, orang kota bertindak seperti itu karena mereka hidup dalam masyarakat yang anonim. Di kota, manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Di kota orang telah kehilangan keakraban hubungan antara manusia. Padahal sejatinya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sehat tanpa menyayangi dan disayangi. Manusia bukan saja binatang politik atau binatang ekonomi. Ia juga “a loving animal.” Stress yang paling berat bagi manusia, kata Hans Seyle, adalah kegagalan hubungan interpersonal. Tanpa topangan kasih dari orang-orang di sekitarnya, anak adam akan rentan terhadap berbagai penyakit. Daya tahannya menurun dan kematian akan cepat menyergapnya. Lebih penting dari itu, perkembangan orang yang mengalami deprivasi kasih sayang akan terhambat secara intelektual, emosional dan spiritual.
Seorang sahabat menjumpai Nabi Muhammad yang sedang mencium putrinya. Ia berkata, “Aku punya sepuluh orang anak. Tetapi, tak seorang pun pernah aku cium.” Nabi bersabda, “Mungkin, Tuhan telah mencabut kasih-sayang dari hatimu. Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.” Kalimat inilah yang dapat menjelaskan asal-usul penyakit manusia modern. Karena mereka tidak lagi sempat menyayangi, mereka kehilangan kasih-sayang. Hubungan antara manusia menjadi hubungan tanpa kasih. Manusia secara ruhaniah terasing dari manusia lain. Lebih parah lagi, ia juga terasing dari Tuhan. Dalam hadis qudsi, Tuhan bersabda, “Aku Maha Pengasih. Aku menciptakan kasih-sayang. Aku berikan kepadanya nama-Ku. Siapa saja yang menyambungkan kasih-sayang, Aku akan menyambungkan diri-Ku dengannya. Siapa yang memutuskan kasih sayang, Aku pun akan memutuskan hubungan-Ku dengannya.
Disadur dari Reformasi Sufistik (2002) karya Jalaluddin Rahmat